Ibu Dra. Susi Widayati, M.M.Pd.
Pengawas SMP Kabupaten Cilacap
Tahun 2002 sampai 2021
IBU ADALAH GURU PERTAMA DI HIDUPKU
Sahabat cahya widya tahu sepenggal lirik lagu ini? “ Ku buka album biru penuh debu dan using… kupandangi semua gambar diri… putih kecil belum ternoda… pikirku pun melayang… dahulu penuh kasih… teringat semua cerita orang…tentang riwayatku… kata mareka diriku selalu dimanja… kata mereka diriku selalu ditimang… ooo bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada didalam hatiku” . Yups benar, sepenggal lirik tadi adalah bagian dari lagu indah yang berjudul bunda. Lagu tadi menggambarkan ungkapan rasa terimakasih yang teramat dalam dari seorang anak kepada ibunya yang sudah memberikan seluruh jiwa dan raga serta kasih sayang yang sangat tulus sepanjang hidupnya.
“ Pagiku cerahku… matahari bersinar… kugendong tas merahku… di Pundak… selamat pagi semua… ku nantikan dirimu… didepan kelasmu… menantikan kami” . Kalau sepenggal lirik tadi pasti tahu juga ya sahabat cahya widya? Yups, sepenggal lirik tadi adalah bagian dari lagu apik yang berjudul guruku tersayang. Lirik lagu guruku tersayang menggambarkan ungkapan kebahagiaan dari siswa kepada gurunya karena sudah diberikan teladan, bimbingan, kasih sayang agar bisa mudah menyerap ilmu dan mencapai cita-cita di masa depan. Dua lagu indah dan apik diatas diciptakan oleh Melly Goeslow yang merupakan seorang ibu yang berkarir sebagai musisi negeri Indonesia yang cukup terkenal. Waw hebat ya Ibu Melly Goeslow bisa menciptakan karya lagu sebagus itu!
Ibu dan Bapak sebagai orangtua kandung serta guru sebagai orangtua di sekolah, wajib kita hormati ya sahabat cahya widya. Nah, oleh karena itu karena pentingnya peran mereka dalam hidup kita, pada edisi kali ini akan membahas seorang tokoh anggun yang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya dirumah maupun anak-anaknya di sekolah. Beliau adalah Ibu Dra. Susi Widayati, M.M.Pd., pengawas SMP di Kabupaten Cilacap dari tahun 2002 sampai tahun 2021. Sebelum menjabat sebagai pengawas SMP Kabupaten
Cilacap, beliau sudah mempunyai pengalaman sebagai guru di beberapa sekolah lintas jenjang. Pada tahun 1981, Bu Susi sudah menjadi guru SMEA Tunas Pembangunan di kota Solo, tidak jauh dari tanah kelahirannya Klaten. Padahal beliau sedang berkuliah dan baru semester dua. Akan tetapi karena sudah diberikan amanah sebagai seorang pendidik, beliau tetap melaksanakan tugas serta tanggungjawabnya dengan penuh semangat dan ketulusan. Bahkan ketika beliau sudah lulus kuliah, Bu Susi masih mengajar di sekolah tersebut sampai tahun 1986. Selanjutnya beliau melanjutkan pengalaman mengajarnya di SMA Negeri Majenang pada tahun 1987 karena mengikuti suaminya berpindah tugas sebagai seorang dokter ke daerah Majenang Kabupaten Cilacap. Di sekolah tersebut, Bu Susi mengajar sampai tahun 1991. Karena kepindahan tugas suami ke kecamatan Binangun sejak 1990, beliau mengajukan pindah dari SMA Negeri Majenang dan untuk sementara mendapatkan nota tugas di SMP Negeri 4 Kroya dari tahun 1991 sampai tahun 1993. Dan pada tahun 1993 sampai 1996 kembali berpindah tugas mengajar karena mengikuti perpindahan tugas suaminya ke SMP Negeri 1 Binangun.
Karena kecintaannya mengabdi sebagai seorang guru, Bu Susi berkeinginan lebih mengembangkan karirnya agar lebih banyak memberikan manfaat dalam dunia pendidikan. Maka mulai tahun 1996 sampai tahun 2000, beliau mengemban amanah baru sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 1 Jeruklegi. Dilanjutkan kembali pada tahun 1999 sampai tahun 2002, beliau berpindah tugas masih menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 2 Cilacap. Dan pada tahun 2002 sampai pensiun pada tanggal 1 November 2021, Bu Susi kembali diberikan amanah sebagai pengawas SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap. Bahkan beliau pernah menjadi Trainer Inti Nasional ( ) pada tahun 2012 sampai tahun 2015 keliling seluruh Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para . Dalam perjalanan karir, beliau juga pernah meraih prestasi membanggakan yaitu pada tahun 2008 memperoleh juara 1 pengawas berprestasi tingkat nasional lho sahabat cahya widya! Dan berkat prestasi tersebut, beliau diberikan kesempatan untuk melakukan
ke Negeri Tirai Bambu Tiongkok (Cina).
Ibu Dra. Susi Widayati, M.M.Pd dengan semua prestasi yang telah diperoleh saat ini tak lepas dari peran orangtua yang mengajarkan banyak hal di dalam hidup beliau. Bapak maupun Ibunda Ibu Susi berprofesi sebagai kepala Sekolah Dasar. Oleh karena itu
darah pendidik mengalir deras di dalam jiwa dan raga Ibu Susi. Pantas saja jika Ibu Susi hampir sebagian besar hidupnya diabdikan sebagai sosok pendidik yang hebat. Selain itu, tekad yang kuat dari Ibu Susi sendiri yang membuat berhasil dalam setiap langkah nyata ketika mengemban amanah disetiap jenjang karir beliau.
Ibu Susi lahir di Kota Apem sebutannya, sebuah daerah bernama Jatinom yang berada di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 1 Oktober 1961. Dari seorang Bapak bernama H. Broto Sudiro (Alm) dengan seorang Ibu bernama Hj. Tumidah (Almh). Beliau merupakan putri ke tiga dari lima bersaudara. Kedua kakak beliau yaitu Drs.
Purwadi (Alm) dan Drs. Muhammad Hasan (Alm). Sedangkan kedua adik beliau yaitu Ir. Aris Sunarya, M.Si dan Ir. Fatkhurohim. Ibu Susi memiliki keluarga yang sangat bahagia. Suami beliau bernama Dr. Bambang Setyono, M.M.R. Sedangkan kedua buah hati beliau bernama Dr. Vita Kartika Rakhma dan Dikafilia Puspa Maharani, S.Psi.
Tersungging senyuman manis di wajah Ibu Dra. Susi Widayati M.M.Pd., jika mengenang sosok Ibu beliau. Walaupun Ibunda sudah tiada, tetapi setiap kenangan bersama akan selalu terpatri di relung hati sanubari terdalam. Sosok Ibu bagi Ibu Susi adalah guru pertama yang mengajarkan banyak hal di dalam hidup beliau. Walaupun sosok Bapak juga mempunyai peran yang sangat luar biasa pastinya dalam perjalanan hidup Ibu Susi. Tapi karena Ibu Susi ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, beliau bersekolah yang sama dengan tempat bertugas Ibundanya sebagai kepala sekolah, menjadikan beliau lebih sering berinteraksi dengan sosok Ibundanya.
Ibu adalah sosok yang mengajarkan apa arti hidup bagi Ibu Susi. Ibunda Ibu Susi sangat anggun dan berwibawa. Dari kecil, Ibu Susi dilatih berbagai keterampilan sebagai seorang wanita oleh Ibundanya. Dari mulai memasak, menjahit bahkan sampai berdagang. Jadi meskipun Ibunda Ibu Susi adalah seorang kepala sekolah di SD tempat beliau belajar, akan tetapi beliau tidak malu untuk tetap berjualan makanan di sekolahnya.
Tak lupa Ibu Susi juga diberikan penanaman aqidah, akhlak dan budi pekerti yang baik sebagai seorang manusia yang merupakan ciptaan Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, melalui sekolah agama di siang hingga sore hari dari pk. 13.30 s.d. pk. 17.00 (bersekolah di madrasah) Nilai kejujuran dan sopan santun juga menjadi hal utama yang diajarkan Ibunda kepada beliau. Sehingga tumbuhlah Ibu Susi menjadi wanita anggun berwibawa yang memiliki jiwa tangguh yang berakhlak indah seindah wajah dan hati Ibundanya. Beberapa hal yang masih dipegang sebagai prinsip hidup Ibu Susi sampai saat ini yang diajarkan oleh Ibundanya yaitu:
Pertama, berani untuk berkata tidak untuk hal yang tidak benar. Karena bukan dunia yang dicari tetapi keberkahan Allah, Tuhan yang Maha Esa menjadi dasar kebahagiaan hidup yang sebenarnya.
Kedua, Berjalanlah di jalan yang benar. Permasalahan dalam hidup akan selalu ada, maka berpijaklah di jalan yang diridhoi Allah, Tuhan yang Maha Esa. Karena akan selalu ada jalan keluar yang baik dari setiap permasalahan, yang juga sudah disiapkan oleh-Nya.
Ketiga, cukup Allah, Tuhan yang Maha Esa sebaik-baiknya penolong. Tempat bersandar yang nyaman, tempat mencurahkan isi hati dan perasaan serta tempat kekuatan kembali agar bisa memberikan kontribusi terbaik sepanjang hidup di dunia. Niatkan semuanya yang kita lakukan adalah bentuk ibadah kepada AllohAlloh, karena Alloh tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya
Peribahasa buah tak jatuh jauh dari pohonnya sepertinya sangat tepat disematkan kepada Ibu Dra. Susi Widayati, M.M.Pd. Pohon diibaratkan orangtua dari Ibu Susi yang sudah berjuang dengan seluruh jiwa dan raga menghasilkan buah yang segar dan manis yang diibaratkan sebagai Ibu Susi itu sendiri. Dan buah tersebut jatuh karena sudah masak di pohon. Dan posisi jatuh buah tersebut masih berdekatan dengan pohonnya. Ibu Susi kecil tumbuh menjadi sosok wanita dewasa yang mandiri dan penuh karisma sangat mirip dengan orangtuanya. Untuk menopang kebutuhan perekonomian keluarga, bapak dari Ibu Susi selain bekerja sebagai kepala sekolah juga berwirausaha berjualan
(celana komprang petani) dan (selimut) ke daerah Demak. Maklum saat itu gaji yang diterima sebagai guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah tak sebanding dengan kebutuhan hidup yang harus ditopangnya. Oleh karena itu, setiap hari selepas pulang bertugas dari sekolah, Ibunda Ibu Susi juga membantu suaminya mengumpulkan bahan dan dari tetangga sekitar rumah untuk dijahit olehnya dibantu oleh Ibu Susi kecil.
Kemudian setiap hari sabtu Bapak beliau membawa barang dagangannya dengan sepeda ontel ke stasiun Klaten. Sepeda ontel dititipkan di stasiun. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kereta api menuju stasiun kedung jati, Grobogan. Sampai di stasiun Kedung jati lalu kembali menggunakan sepeda ontel yang berbeda milik bapak beliau yang juga sudah dititipkan di stasiun tersebut. Bapak beliau membawa
barang dagangan kembali dengan mengayuh sepeda sampai daerah Demak dan menjual barang dagangannya di hari minggu. Lalu di hari senin pagi bapak beliau sudah sampai di rumah dan bekerja kembali di sekolah. Keren ya! Perjuangan Bapaknya Ibu Susi yang pantang menyerah dan tanpa mengenal kata lelah. Satu hal yang lebih hebat lagi, Bapak beliau masih berbagi sebagian keuntungan yang didapat dari hasil berjualan kepada teman-teman guru di sekolah beliau. Di sini bisa disimpulkan bahwa bapaknya Ibu Susi bukan berusaha mengejar dunia akan tetapi yang beliau kejar adalah keberkahan Allah, Tuhan yang Maha Esa.
Jiwa berwirausaha akhirnya menurun kepada Ibu Susi yang semenjak kecil sudah sangat mandiri. Ketika masih SD, beliau terbiasa berjalan kaki ke sekolah. Tidak ikut membonceng sepeda Ibundanya. Ibu Susi tidak begitu saja. Setiap pagi beliau membawa kresek besar berisi nasi goreng beserta beraneka jenis gorengan yang masih hangat dan nikmat. Makanan tersebut akan dijual di kelas kepada teman-temannya. Yups, Ibu Susi sudah memiliki jiwa wirausaha dari kecil. Alasan mengapa Ibu Susi tidak malu berjualan padahal beliau putri seorang kepala sekolah karena beliau melihat saat itu banyak temannya yang belum sarapan. Beliau juga ingin membantu yang setiap hari dilihatnya sibuk memasak di dapur menyiapkan menu nasi goreng dan gorengan untuk dijual agar bisa menambah perekonomian keluarga tersebut. Ibu Susi sangat sayang kepada begitu sapaan Ibu Susi kepada budenya. Karena sosok bude juga sudah seperti ibu kedua bagi Ibu Susi.
Ibu Susi kecil pernah bercita-cita sebagai seorang dokter. Dan juga beliau jago berolahraga lho sahabat cahya widya! Beliau termasuk anak yang pandai dan berprestasi di sekolah. Pernah suatu hari, Ibu Susi diberikan tugas oleh sekolah untuk mengikuti lomba cerdas cermat tingkat kecamatan. Padahal di hari itu juga beliau baru saja selesai bertanding dalam perlombaan kasti tingkat kabupaten bersama teman-teman tim kasti tingkat kecamatan. Luar biasa bukan! Kalian harus mencontoh semangat membara dari Ibu Susi ya sahabat cahya widya!
Tetapi karena kepatuhan dan rasa cinta Ibu Susi kepada Bapak dan Ibundanya, maka beliau memupus cita-citanya untuk menjadi seorang dokter. Bapak dan Ibunda beliau menyampaikan bahwa akan sangat baik jika perempuan menjadi guru. Karena jika kelak tidak mengajar di sekolah, maka Ibu Susi bisa tetap mendidik anak-anaknya di rumah. Beliau sangat ikhlas ketika Bapaknya meminta beliau untuk mendaftar ke SPG (Sekolah Pendidikan Guru) yang setara dengan SMA atau SMK. Saat itu, untuk bisa masuk SPG harus melalui test ketat dan belum tentu bisa lulus karena SPG adalah sekolah tujuan yang paling diminati siswa lulusan SMP. Oleh karena itu Ibu Susi diminta
Bapaknya untuk tetap melaksanakan test dengan semangat. Bahkan beliau diantarkan oleh Bapaknya sampai ke tempat pelaksanaan test. Dan akhirnya berkat doa dan dukungan Bapak dan Ibundanya, Ibu Susi berhasil lolos dan masuk SPG. Beliau sangat bersyukur karena menjadi guru adalah profesi yang sangat mulia. Beliau bisa mengabdikan diri untuk bisa turut mendidik, membimbing serta mencerdaskan tunas-tunas harapan bangsa.
Pada tahun 1973, Ibu Susi lulus pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Bonyokan I Jatinom. Lalu melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Jatinom dan lulus pada tahun 1976 dan tahun 1979 lulus dari SPG Negeri Klaten. Pada tahun 1984 lulus S1 jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UNS. Setelah berkarir sebagai pengawas sekolah, beliau melanjutkan kembali sekolah jenjang S2 di jurusan manajemen pendidikan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto tahun 2005.
Sahabat cahya widya ada dua hari spesial yang kita peringati di bulan November dan Desember yaitu Hari Guru Nasional dan hari Ibu. Pantas saja tanggal 25 November dan tanggal 22 Desember sangat spesial karena makna peringatan hari Guru dan hari Ibu adalah agar kita selalu mengingat dua sosok yang sangat berperan penting bagi setiap insan yang lahir di dunia ini yaitu Ibu dan Guru. Sahabat cahya widya selalu menuruti nasehat Ibu dan Guru kalian kan?
Ibu Susi adalah sosok Ibu sekaligus seorang guru yang sangat menginspirasi. Beliau bisa menjalankan dua peran sekaligus dengan penuh ketulusan dan tanggung jawab. Beliau juga tidak lupa akan kodratnya sebagai seorang istri yang harus mendukung dan patuh terhadap suaminya. Ketika tim cahya widya berkunjung ke rumah beliau, kami disuguhkan makanan kolak spesial buatan beliau sendiri dan disajikan di atas meja tamu oleh putra beliau sendiri. Sungguh ini membuktikan bahwa Ibu Susi adalah sosok Ibu yang memberikan teladan, adab dan budi pekerti yang baik kepada putra-putrinya.
Beliau berpesan untuk para pendidik agar selalu bekerja dengan hati dan tidak perlu menghitung untung rugi dalam melakukan setiap pekerjaan di dalam menjalankan profesi sebagai seorang guru. Karena pasti setiap peluh, perjuangan, pengorbanan, airmata dan doa yang telah dilakukan akan segera diganti dengan beribu kebaikan dan kebahagiaan di dunia maupun di akherat kelak. Beliau menyampaikan “ Man Jadda Wa
Jadda” yang artinya barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu hal maka akan mendapatkan hasil yang terbaik. Berikanlah bimbingan yang tulus, ikhlas dengan penuh kasih sayang kepada siswa sama halnya seperti menyayangi anak kandung sendiri. Dan beliau juga menyampaikan “ Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” yang artinya cukuplah Allah menjadi tempat berlindung diri bagi kami, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami. Ibu Susi juga berpesan untuk sahabat cahya widya agar terus berjuang dengan sungguh-sungguh dalam mengejar cita-cita di masa depan, jangan suka mengeluh, hindari sikap manja dan yang paling utama yaitu terus berdoa kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa agar segala asa dan impian akan terwujud nyata suatu saat nanti. Aamiin.